Showing posts with label Kata Sampah. Show all posts
Showing posts with label Kata Sampah. Show all posts
Jangan pernah

Jangan pernah

Jangan pernah lagi kau tanyakan tentang aku dan tentang apa tujuan hidup ku ini, tentang kemana aku ingin melangkah, tentang perasaan yang kini tak jelas ingin diapakan. di hidup ku hanya ada cerita tentang mu yang perlahan-lahan menghilang dari padangan mata. hayati, kau harus tau, rindu ku ini masih tetap untuk mu, rasa ini tak akan pernah memudar sedikit pun. rona senyum di wajah mu tetap terpatri dalam ingatan ku. dan hingga detik ini aku masih mengharapkan mu.

Bagaimana hayati?

Alif
Aku? apalagi aku yang tak berarti ini. bagaimana mungkin lautan kan ku keringkan? bagaimanakah caranya agar gunung itu runtuh? Sedangkan kata cinta pun tak pernah terucap untuk mu. Ya, tak tau diri, mungkin itu yang pantas aku sandang, pengecut, atau sejuta gelar hinaan lainnya. aku sudah berusaha lari dan terus berlari, tapi rasa tetap timbul di dalam hati.

Bagaimana? bagaimana hendak ku tepis kodrat yang mengharuskan ku mencintaimu? rasa yang timbul itu alami dari hati ku, telah ku ingkari rasa yang menggelora di dalam hati, tapi bibir ini tak pernah mau berhenti menyebut nama mu. mata ku memandang luasnya dunia ku, indahnya alam negeri ku, tapi saat aku sendiri, saat gelap mencekam hati, sunyi dalam genggaman kegelapan, terngiang wajah mu yang manis dalam sebuah lukisan di dalam hati, terpampang jelas di sanubari, dengan sebuah nama, wahai kau hayati.
Tak Berjudul

Tak Berjudul

Seperti merbabu yang tak juga kunjung hilang dari pandangan mata, meski badai, meski hujan, meski petir menerkam siang dan malam. seperti itulah rasa yang ditanggung raga.

waktu berbilang Tahun tak juga sanggup lenyapkan rasa, jutaan butir hujan membasahi bumi tak juga mampu padamkan bara, bara cinta yang dulu menggelora bagai laksana api dalam neraka, membakar jiwa yang penuh dosa, penuh teriakan manusia-manusia laknat, pendusta dan penghianat!

wajah mu, ya wajah mu itu, hancur leburkan hati yang mengharap masa. raga ku meregang, darah ku seakan sirnah ~ beku, nyawa seakan melayang ingin lepas dari sukmanya, saat terlihat jelas senyum mu di pelaminan, bersamanya.

Aku Punya Apa?

Aku? kau bertanya aku? kenapa? oh, aku bukan siapa-siapa, dan aku tidak punya apa-apa, aku tidak punya harta, aku tidak punya kekuasaan, sedangkan Raga ini pun bukan kepunyaanku, Tapi kepunyaan-Nya. Aku hanya menumpangkan pada raga dan menumpang Hidup dan berjalan dan juga beristirahat dibumi-Nya. kalau siang aku terpanggang matahari dan dikala malam sepi aku berselimut angin malam nan dingin sekali.

Dan kau masih bertanya lagi aku punya apa? sedangkan mata ku ini ke punyaan-Nya, aku hanya menumpang melihat dari Milik-Nya. aku hanya meminjam, meski hanya sesaat, dan hati yang ku gunakan untuk mencintaimu pun bukan milikku. karena itu, aku tak menyangka kalau aku jatuh cinta semudah ini kepada mu.

Kenapa? entahlah, ini hati-Nya, mungkin sudah Takdir-Nya, dan juga sudah Takdirku untuk mengalami penolakan dan mungkin Juga penghinaan ini. dan ini untuk mu, rasa yang akan selalu ada dan ada. DIHATI.

Note: Tulisan ini saya ambil dari blog lama saya. disini

Kategori

Kategori